Monday, November 26, 2012

Dilema Berat Badan

Beberapa perempuan kerap kali merasa tubuhnya terlalu gemuk. Sehingga obrolan tentang diet pun sudah tidak asing di telinga para gadis. Lucunya, saya tidak pernah memikirkan soal itu hingga baru-baru ini. Karena bisa dibilang, setelah menikah berat badan saya menanjak drastis. Why oh why?? *nangis guling-guling*

Coba kita lihat history berat badan saya:
2005: (17 tahun) Berat badan 45 kg, Tinggi 159 cm
Kurus sekali ya? Iya. Malah bisa dibilang terlalu kurus, peyot, ceking, you name it. Sampe-sampe, di SMA saya sering dibully sama cowok yang saya gebet. Mungkin dia malu karena secret admirernya buruk rupa. *tendang!

Waktu itu segala macam hal saya coba. Mulai dari makan 4-5 piring penuh setiap hari. Minum susu 3 kali sehari. Minum air dingin sebelum tidur (ini mah cuma bikin perut kembung). Minum Appetton Weight Gain sehari sekali. Minum Sangobion dan vitamin A-B-C-D-E satu kali sehari. Komplit-plit. Sayang berat badan tidak berubah.

2006: (18 tahun) Berat badan 47 kg, tinggi 160 cm
Setelah setahun saya berusaha keras meningkatkan berat badan, akhirnya bentuk badan saya terlihat lebih normal *yeaaay! bentuk badan saya mulai bertambah dewasa. Bahkan ibu saya sangat senang karena ketika saya duduk, pinggul saya memperlihatkan lipatan lemak 0_o Oiya, di tahun ini saya baru sadar kalo saya memiliki bentuk tubuh yang cukup bagus. Berbentuk jam pasir. Sampai-sampai saya pernah disapa orang model agency. Disapa doang huahahaha. Di tahun ini juga bisa punya pacar yang ganteng (belum berhijab).

2007-2008: (19 dan 20 tahun) Berat badan 48-49 kg, tinggi 163
Di tahun ini badan saya makin terlihat normal. Lebih nafsu makan namun badan tidak cepat gemuk. Oiya karena saya berjerawat, di tahun ini saya mulai berhenti minum susu. Tidak ada yang spesial di tahun ini. Paling-paling saya agak sebal karena salah styling rambut. Rambut lurus saya yang panjang saya ubah menjadi keriting gantung sehingga rambut rusak dan harus dipotong pendek. Oiya, di tahun ini banyak lelaki yang memuji bentuk pinggul saya. Makin banyak dipuji, ternyata saya makin jengah dan merasa tidak nyaman. Keinginan untuk menaikkan berat badan masih ada, karena untuk menjadi ideal berat badan harus mencapai minimal 52 kg untuk tinggi tubuh saya.


Sorry for my weird face .___.

2009: (21 tahun) Berat badan 50 kg, tinggi 163 cm
Setelah puas memamerkan bentuk tubuh akhirnya saya memutuskan untuk menggunakan hijab. Walaupun, waktu itu baru sampai tahap jilbab lontong alias jilbab yang membungkus, bukan menutupi. Saya senang karena berat badan saya hampir mendekati harapan. Sayangnya, karena sibuk tugas akhir, menjelang akhir tahun berat badan saya turun drastis ke angka 48. Suami, yang waktu itu masih menjadi teman biasa berkomentar kalau saya terlalu kurus. (Sekarang ini saya baru menyadari, tiap suami berkomentar soal tubuh artinya dia ingin saya menutupinya lebih baik lagi. Persoalan berat badan ternyata bukan masalah yang sebenarnya, hanya kamuflase >_<) Dikomentari saya terlalu kurus, saya pun PANIK.

2010: (22 tahun) Berat badan 52 kg, tinggi 163 cm
Karena panik, saya kalap makan banyak. Makan banyak pun menjadi kebiasaan yang tidak pernah dikontrol. Saya pun mulai sering makan makanan yang berlemak semenjak saya mengenal restauran steak. Misalnya Andakar atau Abuba. Oiya, saya juga sering main ke mall dan banyak makan makanan yang tidak sehat. Di tahun ini saya belum menyadari kalau kebiasaan saya tersebut tidak baik. Oiya, selain sebelumnya dikritik oleh suami, teman-teman kuliah saya hampir setiap hari mengomentari kalau saya terlalu kurus. FYI, mereka semua gendut. Serius. Tapi mereka selalu bilang, "gw pengen kurus, tapi gak sekurus lo juga. Lo terlalu kurus." O my God. Ini jebakan. Padahal berat badan saya sudah cukup ideal.



Di acara launchingnya Hijabers Community yang pertama

2011: (23 tahun) Berat badan 55 kg, tinggi 163 cm
Perut buncit menjadi permasalahan saya di tahun ini. Sampai-sampai saya membeli korset di mall. Tiap berfoto, perut selalu maju duluan, higs. Saya sampai diledek sama teman yang lebih gemuk, kalau perut saya lebih buncit dari perutnya. Kurus tapi buncit. Huwaaa *cry* Karena pertolongan korset lah, sewaktu saya menikah bentuk badan saya lebih enak dilihat.

kikikiki

2012: (24 tahun) Berat badan 58 kg, tinggi 163 cm
see? dari target hanya 52 kg, sekarang meluncur ke 58 kg. Ini bukan hal yang saya harapkan. Di luar kendali dan ekspektasi. I wanna my hips back :"< Setiap menggunakan rok berpotongan lurus ada cetakan bulat di perut saya. Jelek sekali. Lengan saya juga membengkak. Karena tubuh saya berbentuk jam pasir, maka bagian yang besar ketika berat badan saya naik jadi makin besar. Betis, pergelangan kaki dan pergelangan tangan saya malah tetap kurus seperti tengkorak. Aneh :'(

di acara Sisterhood Dian Pelangi

trying to look like a model, but i failed i guess .__.

Beberapa orang menganggap saya sudah kurus, tidak perlu diet atau olahraga lagi. But actually I'm not. Mungkin ini karena saya tidak terbiasa dengan badan yang berisi. Rasanya badan sangat berat. Oiya, celana atau baju yang saya miliki juga terlihat ketat. Itu tidak bagus karena saya berjilbab, harus menggunakan baju-baju yang longgar. Menjadi berisi gak efisien. Saya jadi was-was untuk makan makanan yang saya suka :'(

Sampai saat ini saya sedang berjuang untuk disiplin berolahraga. Jelas diet bukanlah nama tengah saya, sehingga olahraga merupakan jalan yang terbaik. Sayangnya, semenjak lulus kuliah saya lebih sering mudah capek. Sehingga olahraga berat membuat saya lelah seharian. Padahal ada pekerjaan rumah, cih. Hope I can fix this problem as soon as posibble *nangis sesengukan* Thanks for reading!




6 comments:

  1. Hehehe... another irony of being a woman. It's fine for me, you look beautiful anyway

    ReplyDelete
  2. hehehe makasi mba. tapi itu foto2 dipilih sih .___. kalo difoto di sisi lain pasti keliatan deh endutnya.

    ReplyDelete
  3. qt sma mbak..makin nambah umur makin ndut deh kayanya...tapi gak masalah ko mbak..ttp cantik n yg paling ptg qt nyaman loh mbak..kalopun qt pgn diet tp qt kesiksa buat apa..lagian kan udah ada yg punya nih..so what gitu loh? :D

    ReplyDelete
  4. @Chriesty: Komennya menyejukkan deh mba hahahahaha. Makasi banget yaa... Sepertinya ini masalahnya juga di kepercayaan diri ya. Makasi komennya :)

    ReplyDelete
  5. hahaha..itu sih komen dr hati mbak,,soalnya aq juga gitu...tp drpd qt stress sndri n gak enjoy nikmatin hidup gara2 mikirin bb mulu..kan yg rugi qt sndiri..slama suami gak komplain, aq mencoba utk lbh menikmati aja.. ^_^

    ReplyDelete
  6. @Chriesty: enak ya suaminya gak komplain huhuhu. Kalau suami saya kan senang olahraga berat, kayak angkat beban. Jadi perhatian banget soal berapa persen lemak di badan perempuan seharusnya, and so on, so on :((

    ReplyDelete